Oleh : Feni Endah
Bahagia rasanya saat menginjak di bulan yang Allah muliakan ini, ummat Islam di seluruh dunia berbondong-bondong meraih pahala di bulan ini lewat amalan-amalannya, shaum wajib, tarawih, tadarus, meningkatkan shalat rawatibnya, bershodaqoh, dan lain sebagainya. Namun sayang sekali kebahagiaan ini tidaklah utuh, menengok permasalahan di negeri ini yang tak kunjung usai. Kita lihat saja bagaimana korupsi terus berjamuran di kalangan pejabat negara, masyarakat Indonesia dihadiahi kenaikan harga semabko di bulan Ramadhan ini, pengangguran di tanah air dialami oleh 8,59 juta jiwa, pendidikan yang tidak terjangkau di kalangan masyarakat bawah, perpolitikan di negeri ini yang semakin keruh. Tentu hal ini membuat miris.
Momentum ramadhan, sudah sepatutnya menjadikan moment perbaikan diri, masyarakat dan negara. Selama ini Ramadhan hanya diartikan moment perbaikan diri saja, tentunya resolusi pun harus dialami oleh negeri ini. Negeri ini sangat membutuhkan perubahan hakiki, negeri ini memiliki potensi lebih, baik dari sisi SDA maupun SDM mumpun, hanya saja peraturan dan pengaturan yang keliru yang membuat negeri ini berjalan mundur. Indonesia telah merdeka 66 tahun, artinya Indonesia telah mengalami 66 kali shaum ramadhan, namun hingga saat ini ramadhan tidaklah dimaknai sebagai perubahan secara struktural, hanya berupa individu saja.
Menjadi ummat yang terbaik bukanlah hal yang utopis, menjadi ummat yang terbaik bisa dicapai dengan perbaikan negeri ini dari semua lini, individu, aspek pendidikan, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek hokum (pengadilan), dan yang menjadi ujung tombak perubahan ada di tangan negara. Saatnya negeri ini bangkit di moment ramadhan, tentu dengan sokongan masyarakat dan negara.